Sejak saat itu, Hari Bahasa Ibu Internasional dijadikan sebagai hari libur nasional di Bangladesh.
Ide tersebut disarankan oleh Rafiqul Islam dan Abdus Salam, Bengali yang tinggal di Vancouver, Kanada.
Pada 9 Januari 1998, mereka bahkan menulis surat kepada Sekjen PBB, Kofi Annan, memintanya mengambil langkah untuk menyelamatkan bahasa-bahasa dunia.
Tujuannga adalah mengantisipasi terjadinya kepunahan bahasa-bahasa di seluruh dunia.
Rafiqul Islam kemudian mengusulkan tanggal 21 Februari untuk memperingati pembunuhan tahun 1952 di Dhaka selama Gerakan Bahasa sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.
Baca Juga: Sebelum Ratu Elizabeth II, Ini Dia Anggota Keluarga Kerajaan Inggris yang Juga Positif COVID-19
UNESCO percaya akan pentingnya keragaman budaya dan bahasa, dan berharap Hari Bahasa Ibu Internasional dapat melestarikan perbedaan budaya dan bahasa.***