Terungkap! Putra Mahkota Mohammed bin Salman Ternyata Ingin Bunuh Raja Arab Saudi, Eks Intel: Dia Psikopat

- 18 Januari 2022, 12:01 WIB
Terungkap! Putra Mahkota Mohammed bin Salman Ternyata Ingin Bunuh Raja Arab Saudi, Eks Intel: Dia Psikopat. /Saudi Kingdom Council/Bandar Algaloud
Terungkap! Putra Mahkota Mohammed bin Salman Ternyata Ingin Bunuh Raja Arab Saudi, Eks Intel: Dia Psikopat. /Saudi Kingdom Council/Bandar Algaloud /
ZONABANTEN.com - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman kembali menjadi perbincangan dalam dunia internasional.
 
Kali ini, nama Mohammed bin Salman disebut terlibat dalam sebuah rencana skandal pembunuhan Raja Arab Saudi.
 
Fakta ini diungkap langsung oleh mantan intelijen Arab Saudi sendiri, yang menyebut sang pangeran sebagai sosok seorang psikopat.
 
Mantan intelijen bernama Saad al-Jabri itu bahkan tak hanya menyebut Mohammed bin Salman sebagai psikopat, tetapi juga seorang pembunuh.
 
 
Dia mengungkap sebuah rencana busuk dari putra mahkota itu yang ingin membunuh Raja Arab Saudi.
 
Dia mengklaim Mohammed bin Salman pernah merencanakan untuk membunuh pemimpin negara Timur Tengah itu dengan sebuah cincin beracun.
 
Saad al-Jabri membocorkannya dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Scott Pelley di Washington, pada program '60 Minutes' di stasiun televisi CBS.
 
Menurutnya, Mohammed bin Salman mengungkap rencana tersebut kepada sepupunya, Pangeran Mohammed bin Nayef pada tahun 2014 silam.
 
Saat itu, yang berkuasa adalah Raja Abdullah, kakak tiri dari Raja Salman, ayah Mohammed bin Salman yang kini memimpin Arab Saudi sejak tahun 2015.
 
"Dia mengatakan kepadanya, 'Saya ingin membunuh Raja Abdullah'," ucap Saad al-Jabri bercerita dalam program televisi itu.
 
 
"'Saya mendapatkan cincin racun dari Rusia. Cukup bagi saya untuk berjabat tangan dengannya dan dia akan selesai'," ujarnya mengulang perkataan Mohammed bin Salman.
 
"Saya di sini untuk membunyikan alarm (tanda peringatan)," kata Saad al-Jabri memberikan keterangan.
 
Namun, pihak Arab Saudi dengan tegas membantah klaim tersebut. Ini disebut sebagai rekayasa dari 'mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan'.
 
Saad al-Jabri sendiri merupakan mantan pejabat keamanan senior di Arab Saudi, yang dikenal dekat dengan Mohammed bin Nayef.
 
Dia turut membantu Mohammed bin Nayef yang digulingkan sebagai pewaris tahta pada tahun 2017, hingga Mohammed bin Salman naik menjadi putra mahkota.
 
Mohammed bin Nayef jadi putra mahkota sejak 2015, saat Raja Salman berkuasa. Dia adalah anak Nayef bin Abdulaziz Al Saud, kakak kandung Raja Salman.
 
 
Saad al-Jabri sendiri saat ini telah kabur dari Arab Saudi dan tinggal di pengasingan di Kanada.
 
Dia pun mengaku khawatir dengan hidupnya sendiri, karena percaya Mohammed bin Salman juga ingin membunuhnya.
 
"Saya akan dibunuh suatu hari karena orang ini tidak akan beristirahat sampai dia melihat saya mati," ucapnya mengacu kepada Mohammed bin Salman.
 
Bahkan, dua anaknya turut jadi korban Mohammed bin Salman yang kini menjadi penguasa de facto, seiring dengan kekhawatiran pada kesehatan Raja Salman.
 
Dalam wawancara yang sama, Saad al-Jabri pun mengeluarkan seruan publik untuk membantu pembebasan anak-anaknya yang telah dipenjara di Arab Saudi.
 
Pengadilan memenjarakan dua anaknya pada tahun 2020, dengan tuduhan pencucian uang dan konspirasi melarikan diri dari kerajaan secara tidak sah.
 
 
"Saya harus berbicara. Saya memohon kepada rakyat Amerika dan pemerintah Amerika untuk membantu saya membebaskan anak-anak itu dan memulihkan kehidupan mereka," kata Saad al-Jabri penuh emosional.
 
Dia pun mengaku telah merekam video yang mengungkapkan lebih banyak informasi, dan mengancam akan merilisnya ke publik.
 
Sebelumnya pada Agustus 2019, Saad al-Jabri juga telah mengajukan gugatan setebal 107 halaman di Amerika Serikat kepada Mohammed bin Salman.
 
Dia melaporkan sang putra mahkota telah mengirim pasukan untuk membunuhnya pada Oktober 2018, namun pihak berwenang Kanada berhasil menggagalkannya.
 
Saad al-Jabri juga pernah menyebut Mohammed bin Salman tidak memiliki empati, dalam wawancara pertamanya sejak meninggalkan kerajaan Arab Saudi.
 
bahkan, dia mengklaim pangeran berusia 36 tahun itu sebagai ancaman bagi rakyat Arab Saudi, Amerika, dan seluruh dunia.
 
 
Mohammed bin Salman sendiri terkait dengan sejumlah skandal, baik di negerinya sendiri maupun di luar negeri.
 
Salah satunya yang sempat membuat heboh dunia internasional adalah kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, seorang kolumnis Washington Post.
 
Jurnalis Arab Saudi yang dikenal selalu keras mengkritik pemerintahan di negaranya itu diketahui terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
 
CIA pun secara terbuka menuduh Mohammed bin Salman sebagai dalangnya dengan memerintahkan pembunuhan tersebut.
 
Namun, sang pangeran dan pihak Kerajaan Arab Saudi dengan keras telah menyangkal semua tuduhan tersebut.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Telegraph


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x