Peneliti Deteksi Virus Corona Pada Sampel Air Limbah di Seluruh Amerika Serikat

- 4 Januari 2022, 16:34 WIB
Peneliti Deteksi Virus Corona Pada Sampel Air Limbah di Seluruh Amerika Serikat
Peneliti Deteksi Virus Corona Pada Sampel Air Limbah di Seluruh Amerika Serikat /Ilustrasi dari Mikhail Nilov/Pexels

ZONABANTEN.com - Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins, telah mengungkapkan tingkat rekor virus corona di seluruh Amerika Serikat.

Di awal pandemi, beberapa kota dan negara di seluruh dunia mulai menguji limbah untuk bukti virus corona, berharap untuk mendeteksi peningkatan infeksi lebih awal.

Sekarang, beberapa peneliti menyempurnakan strategi itu dengan bergerak ke hulu untuk menguji limbah dari satu rumah sakit atau bangunan lain.

Baca Juga: Lupakan Dispatch, Netizen Asumsi Wheein Mamamoo Tengah Jalin Hubungan dengan CEO dari Postingan Instagramnya

Tujuannya agar bisa mendeteksi dengan cepat mengenai wabah COVID-19 yang sedang berkembang.

Selain menyebar melalui tetesan yang dikeluarkan dari mulut dan hidung, virus corona juga dapat ditumpahkan melalui kotoran manusia.

“Setiap kali orang yang terinfeksi menggunakan toilet, kotoran mereka berkumpul dan bercampur dengan kotoran dari ribuan orang lain,” menurut Newsha Ghaeli, salah satu pendiri dan presiden dari Biobot Analytics, sebuah perusahaan epidemiologi air limbah yang berbasis di Massachusetts.

Menguji limbah dinilai lebih murah dan mudah pada ratusan orang, juga bisa dilakukan lebih sering.

Baca Juga: Timnas Indonesia Uji Coba di Inggris, Garuda Select Hadapi Tim Akademi Gillingham, Ini Prediksi Line-Up

Dengan virus yang kembali melonjak di sebagian besar dunia dan mencakup sekolah, rumah sakit, serta panti jompo, sangat perlu mendeteksi kasus baru lebih awal.

“Air limbah akan menjadi indikator utama untuk apa yang terjadi di komunitas tertentu,'' kata Amesh Adalja, seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins.

“Faktanya, orang yang terinfeksi akan menyebarkan virus melalui tinja mereka,” tambahnya.

Varian Omicron, pertama kali terdeteksi bulan lalu dan sekarang menyumbang 73 persen kasus di Amerika Serikat.

Baca Juga: Para Peneliti Sedang Mempelajari Gejala Baru dari Varian Omicron, Simak Penjelasannya

Virus ini menyebabkan infeksi berlipat ganda dalam 1,5 hingga 3 hari, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Virus ini juga seringkali dapat mengalahkan kekebalan yang diberikan lewat vaksinasi.

Lebih dari 820.000 orang Amerika telah meninggal karena Covid, menjadikan Amerika Serikat sejauh ini sebagai negara yang paling terpukul di dunia. ***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Wio News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x