Ilmuwan Ungkap Adanya Keanehan Perubahan Cuaca di Tahun 2021

- 27 Desember 2021, 22:15 WIB
Kebakaran di California pada tahun ini hanguskan lebih dari 8000 km persegi hutan di Amerika Serikat bagian barat. /Instagram @climatereality
Kebakaran di California pada tahun ini hanguskan lebih dari 8000 km persegi hutan di Amerika Serikat bagian barat. /Instagram @climatereality /
ZONABANTEN.com - Ilmuwan sebut ada keanehan pada perubahan cuaca di bumi tahun 2021.

Pada saat ini sebagian besar wilayah bumi menjadi lebih panas. Penyebabnya mulai dari kebakaran hutan dan pemanasan global yang mengakibatkan atmosfer menjadi bermasalah.

Dari pemanasan global ini membuat hamparan tanah menjadi lebih kering yang memberi dampak negatif pada masa depan hewan dan tumbuhan. Hal ini memunculkan fenomena alam yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Seperti pada fenomena alam yang menyebabkan ratusan orang tewas selama gelombang panas bulan Juni 2021, yang mana rekor suhu tinggi berada di Kanada selama tiga hari berturut-turut.
 
 
Hari ketiga mencapai 121 derajat di Lytton, British Columbia, sebuah kota yang 90% hancur segera setelah kebakaran hutan.
 
Pada bulan tersebut juga disebut sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat di Amerika Utara. Secara global, Juli 2021 adalah bulan terpanas sejak 142 tahun lalu.

Hal ini berbuntut pada pecahnya rekor suhu daratan yang semakin panas di seluruh dunia. Suhu di daratan bulan Oktober 2021 berakhir sebagai yang terpanas di belahan bumi Utara.

Panas bumi ini juga berimbas di wilayah terdingin yakni di kota Verkhoyansk di Siberia, Kutub Utara. Menurut perhitungan, suhu di Siberia memanas empat kali lebih cepat daripada bagian planet lainnya yang membahayakan spesies endemik wilayah Kutub.
 
Baca Juga: Deretan Ramalan Baba Vanga di Tahun 2022, Ada yang Sudah Jadi Kenyataan

Jika es di Kutub Utara mencair, air yang mencair menjadi hangat dan semakin banyak es yang mencair. /Instagram @@climatereality
Jika es di Kutub Utara mencair, air yang mencair menjadi hangat dan semakin banyak es yang mencair. /Instagram @@climatereality


Selain suhu yang memanas, kelainan lain teramati untuk yang ketiga kalinya. Hujan turun di lapisan es Greenland, dan ini adalah yang terbaru dalam setahun yang pernah terjadi. Menurut para peneliti, sekitar 1,2 triliun ton es mencair setiap tahunnya.

Gas rumah kaca berada pada level tertinggi saat ini dalam 800 ribu tahun, dan berdasarkan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS, permukaan laut global mencapai rekor tertinggi pada tahun 2020.

Jurnal Nature melaporkan deforestasi sebagian pada hutan hujan Amazon telah mengubah fungsi hutan menjadi penghasil emisi karbon bukan lagi penyerap emisi karbon setelah selama ribuan tahun menjadi paru-paru bumi. Runtuhnya hutan hujan Amazon kemungkinan akan terjadi dalam 50 tahun.
 
 
Deforestasi di Hutan Amazon. /Instagram @climatereality
Deforestasi di Hutan Amazon. /Instagram @climatereality


Sekitar 58% wilayah Barat AS, meliputi 4% lebih banyak daratan daripada tahun 2020, mengalami kekeringan parah, ekstrim, setelah dua dekade berkurangnya curah hujan dan peningkatan suhu.

Ilmuwan juga mengutarakan hutan yang terbakar tidak tumbuh secara sempurna setelah terjadinya kebakaran.
 
Pada tahun 2050, kata para peneliti, sekitar 15% dari hutan yang terbakar tidak akan tumbuh kembali sama sekali karena iklim lokal tidak lagi sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tidak hanya hutan, 11.700 km² dari terumbu karang dunia telah hilang antara 2009-2018. Perairan laut di dekat khatulistiwa menjadi terlalu panas untuk beberapa spesies, memaksa mereka berenang ke utara dan selatan yang padahal bukan perairan yang bersahabat untuk spesies tersebut.
 
Baca Juga: Shin Tae-yong Marah pada Asnawi Mangkualam, dan Ancam Mencoretnya dari Timnas Indonesia karena Hal ini

Pelatuk paruh gading, burung kicau Bachman, ikan jenis madtom Scioto, dan termasuk 22 spesies yang disiapkan oleh Dinas Perikanan dan Margasatwa AS dinyatakan punah.

Menurut jurnal Science, perubahan iklim diidentifikasi sebagai prediktor paling berpengaruh dari penurunan kupu-kupu AS, yang telah terjadi dengan kecepatan sekitar 1,6% per tahun selama empat dekade terakhir,

Selain itu, sampah plastik medis dari  upaya pencegahan dan penanganan COVID-19, terutama masker, ditemukan membunuh satwa liar di Belanda, Inggris, dan Kanada.

"Saat planet berputar dan masa depan menjadi lebih berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup di bumi, perubahan alam abnormal ini tidak bisa lagi dianggap sebagai anomali atau kecelakaan, melainkan sebuah peringatan kepada manusia akan akibat dari apa yang telah diperbuat," ungkap ahli dikutip dari The Colombus Dispatch.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: The Colombus Dispatch


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x