Harga Minyak Dunia Naik Akibat Pemulihan COVID-19, Benarkah?

- 18 Oktober 2021, 13:51 WIB
Ternyata, Produksi Minyak Brunei Darussalam Masih Kalah Jauh dari Indonesia, Berikut Rinciannya
Ternyata, Produksi Minyak Brunei Darussalam Masih Kalah Jauh dari Indonesia, Berikut Rinciannya /


ZONABANTEN.com – Harga minyak telah mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya permintaan setelah pulih dari COVID-19.

Kebiasaan penggunaan pembangkit listrik yang beralih dari gas dan batu bara ke bahan bakar minyak dan diesel membuat harga minyak meningkat secara signifikan.

Dilansir ZONABANTEN.com dari Reuters.com, minyak mentah berjangka Brent naik 90 sen, atau 1,1%, menjadi $85,76 per barel pada 0445 GMT, setelah mencapai tertinggi sesi $86,04, harga tertinggi sejak Oktober 2018.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik $ 1,23, atau 1,5%, menjadi $ 83,51 per barel, setelah mencapai tertinggi sesi $ 83,73, tertinggi sejak Oktober 2014.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 Berbasis Vektor yang Dapat Dihirup Tingkatkan Antibodi Hingga 300 Kali Lipat

Keduanya naik menjadi kurang lebih 3 persen minggu lalu.

“Melonggarkan pembatasan di seluruh dunia kemungkinan akan membantu pemulihan konsumsi bahan bakar,” kata analis dari bank ANZ pada Senin, 18 Oktober 2021.

ANZ juga menambahkan bahwa peralihan gas ke minyak untuk pembangkit listrik dapat meningkatkan permintaan sebanyak 450.000 barel per hari di kuartal keempat.

Selain beralihnya penggunaan pembangkit listrik gas ke minyak, cuaca dingin yang terjadi di beberapa daerah juga menjadi faktor meningkatnya harga minyak dunia.

Analisis senior di OANDA, Edward Moya mengatakan bahwa suhu dingin di belahan bumi utara juga diprediksi memperburuk defisit pasokan minyak.

"Defisit pasar minyak tampaknya akan menjadi lebih buruk karena krisis energi akan meningkat karena cuaca di utara sudah mulai lebih dingin," tambahnya.

Baca Juga: Ternyata, 52 Persen Kandungan Aditif Plastik pada Burung Laut Ditemukan di Berbagai Belahan Dunia

Edward menambahkan bahwa kekurangan batu bara, listrik, dan gas alam menimbulkan permintaan tambahan untuk minyak mentah. Hal itu tidak akan disertai dengan tambahan barel yang signifikan dari OPEC+ atau Amerika Serikat.
 
Perdana Menteri Jepang juga mengatakan bahwa negara tersebut akan mendesak produsen minyak untuk meningkatkan produksi dan mengambil langkah-langkah untuk meredam lonjakan terhadap insdustri yang terkena dampak kenaikan harga minyak.

Akan tetapi, pasokan bisa meningkat dari Amerika Serikat, perusahaan energi setempat telah menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu keenam secara berturut-turut karena melonjaknya harga minyak mentah.

Perusahaan jasa energi, Baker Hughes Co mengatakan pada pekan lalu bahwa jumlah rig minyak dan gas Amerika Serikat naik 10 menjadi 543 dalam pekan hingga 15 Oktober 2021. Hal tersebut merupakan yang tertinggi sejak April 2020.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x