Ditahan Selama 3 Bulan, Seorang Jurnalis AS Nathan Maung Dibebaskan dari Tahanan Junta Militer Myanmar

- 15 Juni 2021, 16:17 WIB
Ilustrasi jurnalis
Ilustrasi jurnalis /Engin_Akyurt/Pixabay


ZONABANTEN.com – Junta militer Myanmar membebaskan seorang jurnalis Amerika Serikat (AS) yang ditahan di Myanmar sejak Maret pada Senin, 14 Juni 2021.

Menurut pengacara yang menangani kasus tersebut, jurnalis itu dibebaskan setelah dakwaan terhadapnya dibatalkan.

Warga negara AS bernama Nathan Maung itu dikabarkan telah bebas dan kembali ke AS pada Selasa, 15 Juni 2021.

“Nathan Maung dibebaskan pagi ini dari penjara Insein saat polisi mencabut dakwaan terhadapnya," kata pengacaranya Tin Zar Oo kepada AFP dikutip ZONABANTEN.com dari Channel News Asia.

Baca Juga: Ribuan Warga Myanmar Melarikan Diri ke India, Pemerintah Khawatirkan Gerakan Aktivis di Antara Imigran

Maung, yang mendirikan media lokal di Myanmar bernama Kamayut Media, telah menghadapi dakwaan di bawah undang-undang era kolonial yang mengkriminalisasi mendorong perbedaan pendapat terhadap militer.

Awal bulan ini, seorang jurnalis Myanmar yang bekerja untuk media berita lain dipenjara selama dua tahun di bawah undang-undang yang sama.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021.

Hal ini memicu pemberontakan massal serta protes besar-besaran di mana sebagian besar penduduk Myanmar turun ke jalan .

Junta telah merespons protes tersebut dengan kekuatan dan tindakan yang dianggap represif.

Mereka menembaki pengunjuk rasa, menangkap tersangka yang dituduh pemberontak dalam penggerebekan malam hari, menargetkan wartawan, dan menutup media berita.

Beberapa jurnalis asing juga telah ditahan, termasuk warga negara AS lainnya yakni Danny Fenster, yang ditahan saat berusaha meninggalkan negara itu pada 24 Mei 2021.

Baca Juga: Kejar Pelaksanaan Olimpiade, Jepang Kampanyekan Vaksinasi di Kalangan Anak Muda Tokyo

Pihak berwenang belum merilis informasi tentang keberadaan dan kkondisi Danny hingga saat ini.

Sejak kudeta Februari, tindakan keras militer terhadap perbedaan pendapat telah menewaskan lebih dari 860 warga sipil, menurut kelompok pemantau lokal.

Pemimpin Junta Militer, Min Aung Hlaing, telah membenarkan perebutan kekuasaannya dengan mengutip dugaan kecurangan pemilu dalam pemilihan November lalu yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi.

Sementara itu, kondisi kekacauan politik di Myanmar telah meningkatkan kekhawatiran dunia karena banyaknya korban sipil yang terus berjatuhan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x