Polemik Kudeta, Para Dokter Myanmar Mogok Kerja di Tengah Pandemi Covid-19 untuk Protes Kekuasaan Militer

- 3 Februari 2021, 12:40 WIB
Ilustrasi First Aid Kit (Kotak P3K)
Ilustrasi First Aid Kit (Kotak P3K) /Tomasz_Mikolajzcyk/Pixabay


ZONA BANTEN - Staf di 70 rumah sakit dan departemen medis di 30 kota di seluruh Myanmar menghentikan pekerjaan pada Rabu, 3 Februari 2021 untuk memprotes kudeta yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Dilansir dari Reuters, menurut sebuah pernyataan dari kelompok Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar yang baru dibentuk, tentara telah menempatkan kepentingannya sendiri di atas populasi rentan yang menghadapi kesulitan selama pandemi virus corona.

Virus itu telah menewaskan lebih dari 3.100 orang di Myanmar, salah satu catatan kasus tertinggi di Asia Tenggara.

"Kami menolak untuk mematuhi perintah apa pun dari rezim militer tidak sah yang menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati pasien kami yang malang," kata sebuah pernyataan dari kelompok protes itu seperti dikutip ZONA BANTEN dari artikel Reuters.

Baca Juga: Materi yang Mau Dibawakan Sindir Pemerintah, Komikus Muslim India Ditahan Saat Latihan

Empat dokter yang identitasnya tidak dipublikasi mengonfirmasi bahwa mereka telah berhenti bekerja.

“Saya ingin tentara kembali ke asrama mereka dan itulah mengapa kami para dokter tidak pergi ke rumah sakit,” kata seorang dokter berusia 29 tahun di Yangon kepada Reuters.

Kelompok pelajar dan pemuda juga bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil ini.

Tentara merebut kekuasaan pada hari Senin, 1 Februari 2021 yang menyebabkan transisi tidak stabil dalam demokrasi atas alasan kecurangan dalam pemilihan umum November lalu, yang dimenangkan oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi secara telak.

Kudeta tersebut menuai kecaman dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya karena para jenderal yang berkuasa di Myanmar menahan Suu Kyi dan puluhan pejabat lainnya.

Baca Juga: Sejarah Hari Valentine Dan Alasan Mengapa Orang Merayakannya

Untuk memperkuat kekuasaannya, junta meluncurkan dewan pemerintahan baru termasuk delapan jenderal dan dipimpin oleh panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing.

Hal itu mirip dengan kejadian aparat yang berkuasa di bawah dewan pemerintahan sebelumnya yang telah memerintah Myanmar selama hampir setengah abad hingga 2011.

Peraih Nobel Perdamaian Suu Kyi yang berusia 75 tahun tetap ditahan meski ada seruan internasional agar dia segera dibebaskan.

Seorang pejabat NLD mengatakan dia mengetahui bahwa dia berada dalam tahanan rumah di ibu kota Naypyidaw dan dalam keadaan sehat.

Dalam protes publik terbesar terhadap kudeta sejauh ini, orang-orang mengadakan protes di pusat komersial Yangon meneriakkan dan menggedor pot logam pada Selasa malam sebagai isyarat tradisional untuk mengusir kejahatan atau karma buruk.

Baca Juga: Misi Pertama Warga Sipil Keliling Luar Angkasa, SpaceX Siap Terbangkan Miliarder Jared Isaacman Tahun Ini

Peristiwa kudeta terbaru ini merupakan pukulan besar bagi negara berpenduduk 54 juta itu yang mengharapkan berada di jalan menuju demokrasi yang stabil.

Bahkan Presiden AS, Joe Biden mengancam akan memberlakukan kembali sanksi terhadap para jenderal yang merebut kekuasaan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x