Irlandia Selidiki Kematian Mengerikan 9.000 Bayi di Rumah Penampungan yang Berkedok Gereja Katolik

- 13 Januari 2021, 10:56 WIB
9000 anak meninggal di tempat bekas 'Mother and Baby Homes' Irlandia
9000 anak meninggal di tempat bekas 'Mother and Baby Homes' Irlandia /Twitter @TXTWorldNow


ZONABANTEN.com - Komisi pemerintah Irlandia menemukan kasus kematian yang tinggi, uji coba vaksin yang ilegal dan tidak etis, serta kondisi kehidupan yang traumatis di 18 rumah yang menampung banyak ibu yang tidak menikah hingga tahun 1990-an.

Dilansir dari NBC, laporan menemukan 9.000 anak meninggal di rumah-rumah Irlandia untuk ibu yang tidak menikah selama hampir 80 tahun.

Sekitar 9.000 anak meninggal di rumah-rumah yang dikelola gereja di Irlandia untuk ibu yang tidak menikah, menurut laporan pemerintah yang diterbitkan pada hari Selasa, 12 Januari 2021.

Ini setara dengan 15 persen dari semua anak yang lahir atau tinggal di 18 institusi yang diselidiki selama hampir 80 tahun.

Baca Juga: Kim Jong Un Berencana Memperkuat Senjata Nuklir Korut, Langkah Tanggapi Pergantian Presiden AS

Laporan setebal 3.000 halaman itu menggambarkan pelecehan emosional dan bahkan fisik yang dialami oleh separuh dari 56.000 ibu yang belum menikah, dari buruh tani hingga pembantu rumah tangga, yang menjadi korban di tempat yang disebut panti asuhan ibu dan bayi.

Rumah-rumah tersebut banyak dikelola oleh para biarawati dan anggota Gereja Katolik Roma, yang beroperasi di Irlandia selama sebagian besar abad ke-20, dengan penutupan rumah terakhir pada tahun 1998.

Mereka menerima dana negara dan juga bertindak sebagai agen adopsi, dengan banyak dari anak-anak di tempat tersebut yang dikirim ke keluarga di Amerika Serikat.

Laporan tersebut menemukan bahwa tanggung jawab atas perlakuan kasar terhadap perempuan yang melahirkan di luar nikah terletak pada keluarga dekat mereka sendiri. Namun, pelapor menambahkan bahwa biaya perawatan didukung dan disumbangkan oleh lembaga negara dan gereja.

Menurut laporan anonim dalam laporan tersebut, wanita yang melahirkan terkadang dihina secara verbal, direndahkan, dan bahkan ditampar.

Baca Juga: Denny Siregar Sebut Baju Nussa Model Gurun Pasir, Netizen: Kasian Kalau Diganti Baju Partai

Perdana Menteri Irlandia, Micheál Martin mengatakan bahwa kasus tersebut merupakan tanggung jawab negara.

"Satu kebenaran pahit dalam semua ini, adalah bahwa semua masyarakat terlibat di dalamnya," ujarnya seperti dikutip ZONABANTEN.com dalam artikel NBC.

Laporan itu juga mencatat tingkat kematian bayi yang mengerikan di rumah-rumah penampungan tersebut, menyebutnya sebagai ciri yang paling menggelisahkan dari lembaga-lembaga ini.

Pada tahun-tahun sebelum 1960, rumah ibu dan bayi tidak menyelamatkan nyawa anak-anak "tidak sah", sebaliknya, mereka secara signifikan mengurangi harapan hidup mereka.

Martin mengatakan laporan itu mengungkapkan kegagalan negara dan masyarakat yang signifikan, dan berharap publikasi dan pemberitaan ini akan menjadi gerakan untuk perubahan sosial.

Baca Juga: Politisi PDIP Tolak Suntik Vaksin Covid-19, Ribka Tjiptaning: Kalo Maksa Pelanggaran HAM!

Satu ordo religius, Suster-suster Hati Kudus Yesus dan Maria, yang mengelola tiga rumah yang diselidiki dalam laporan itu, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menyambut baik publikasi tersebut.

"Untuk bagian kami, kami ingin dengan tulus meminta maaf kepada mereka yang tidak mendapatkan perawatan dan dukungan yang mereka butuhkan dan pantas mereka dapatkan," kata pernyataan itu.

Komisi Investigasi Rumah Ibu dan Bayi, yang melakukan penyelidikan selama lima tahun, juga melihat tuduhan bahwa beberapa anak di rumah tersebut digunakan dalam uji coba vaksin tanpa persetujuan orang tua.

Laporan tersebut mengidentifikasi tujuh uji coba vaksin yang melibatkan sejumlah anak, yang berlangsung dari tahun 1934 hingga 1973 di rumah-rumah penampungan.

Seorang mantan penghuni salah satu rumah mengatakan bahwa ia digunakan sebagai "kelinci percobaan" untuk vaksin di sebuah rumah di Cork, sebelum diadopsi oleh sebuah keluarga di Philadelphia pada tahun 1961.

Baca Juga: Parah! Seekor Lembu Laut Ditemukan Memiliki Ukiran Nama 'TRUMP' di Punggungnya

Rumah ibu dan bayi menampung banyak wanita, beberapa di antaranya berusia 12 tahun, yang hamil di luar nikah dan dipandang sebagai upaya untuk melestarikan citra Katolik yang taat di negara itu.

Sekarang, rumah ibu dan bayi adalah tanda untuk babak gelap dalam sejarah bangsa, kata politisi dan penyintas Irlandia.

Seorang sejarawan amatir lokal, Catherine Corless, pertama kali menjelaskan masalah penganiayaan di rumah-rumah penampungan yang diselidiki.

Corless menemukan laporan pada 2017 tentang penemuan kuburan massal tak bertanda di Tuam, di wilayah barat Galway, yang mengungkap setidaknya 700 anak dikuburkan dari tahun 1925 hingga 1961.

Sebelum publikasi secara resmi, rincian laporan tersebut bocor ke media, memicu kemarahan dari para korban, termasuk korban selamat dari rumah ibu dan bayi Philomena Lee, yang ceritanya digambarkan dalam film 2013, dibintangi Dame Judi Dench.

Baca Juga: Rugi 196 Triliun Dalam Sehari, Elon Musk Turun Lagi Jadi Orang Terkaya Kedua di Dunia.

Irlandia dianggap sebagai benteng Katolik tradisional, tetapi skandal pelecehan selama beberapa dekade telah merusak reputasi gereja dan melemahkan pengaruhnya.

Paus Fransiskus memohon pengampunan atas skandal rumah ibu dan bayi selama kunjungan kepausan pertamanya ke negara itu dalam hampir empat dekade pada 2018.

Meskipun kompensasi untuk para korban tidak secara eksplisit diuraikan dalam laporan tersebut, pemerintah Irlandia mengatakan akan memberikan ganti rugi finansial kepada kelompok tertentu, yang belum ditentukan.

Ia juga mengatakan akan bekerja sama dengan para korban dan kelompok perwakilan untuk mengawasi peringatan nasional, perubahan kurikulum pendidikan Irlandia, dan memberikan dukungan konseling.

Martin akan mengeluarkan permohonan maaf secara resmi kepada para korban atas nama negara pada hari Rabu, 13 Januari 2021.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: MSN


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x