Indonesia Tunda Pembayaran Proyek Kerja Sama Kapal Selam dan Jet Tempur KF-X, Bisa Bikin Korsel Rugi

- 30 Desember 2020, 12:50 WIB
Penampakan KF-X/IF-X, jet tempur proyek patungan Korea Selatan dengan Indonesia, saat perakitan akhir dimulai. (Foto: The Drive)
Penampakan KF-X/IF-X, jet tempur proyek patungan Korea Selatan dengan Indonesia, saat perakitan akhir dimulai. (Foto: The Drive) /


ZONABANTEN.com - Kekhawatiran pemerintah Korea Selatan meningkat karena terlambatnya pembayaran Indonesia atas biaya proyek pesawat tempur bersama Korea-Indonesia.

Indonesia secara aktif berusaha membeli pesawat tempur canggih dari negara-negara seperti Prancis, Rusia, atau Amerika Serikat, sambil terus menunda pembayaran ratusan miliar dolar untuk proyek pesawat tempur, yang disebut KF-X (Korean Fighter eXperimental) di Korea dan IF-X (Indonesian Fighter eXperimental) di Indonesia.

Pengamat pertahanan Korea Selatan mengatakan fakta bahwa proyek pengembangan KF-X akan memakan waktu setidaknya enam tahun lagi.

Sementara itu Indonesia ingin mengerahkan jet tempur canggih tersebut sesegera mungkin, sehingga menyebabkan pemerintah Indonesia memiliki pemikiran lain tentang proyek bersama tersebut.

Baca Juga: Proses Transisi Pemerintah AS Belum Mulus, Joe Biden Keluhkan Kesulitan Akses ke Pentagon

Pejabat dari Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) dan Industri Dirgantara Korea (KAI) selaku pembuat pesawat KF-X mengunjungi Jakarta untuk negosiasi ulang dengan pihak Indonesia pada akhir September, tetapi hasil pertemuan belum diungkapkan.

Pihak perwakilan itu hanya mengatakan bahwa proyek tersebut "masih berlangsung."

Menurut data DAPA yang disampaikan kepada perwakilan People Power Party (PPP), Kang Dae Sik, anggota Komite Pertahanan Nasional Majelis Nasional Korea Selatan, pemerintah Indonesia telah membayar 227,2 miliar won atau sekira Rp2,9 triliun dari 2016 hingga 2020.

Akan tetapi, Indonesia telah menunda pembayaran sebesar 604,4 miliar won (sekitar Rp7,8 T) atau 73 persen dari 831,6 miliar won (sekitar Rp10,7 T) yang dijanjikan.

Indonesia awalnya setuju untuk membayar total 1,7 triliun won (sekitar Rp22 ,15 T).

Data tersebut menunjukkan Indonesia membayar 50 miliar won (sekitar Rp647,5 M) pada 2016 untuk saham penuh tahun itu, tetapi hanya membayar 45,2 miliar won (sekira Rp58,2 M) dari 184,1 miliar won (sekitar Rp2,4 T) pada 2017.

Pada 2018, Indonesia gagal membayar seluruh sahamnya sebesar 198,7 miliar won (sekitar Rp2,6 T).

Baca Juga: Ulang Tahun Ke-25, Wajah V BTS Terpampang di Burj Khalifa Berkat Para ARMY

Tahun lalu, Indonesia membayar 132 miliar won (sekitar Rp1,7 T) dari 190,7 miliar won (sekitar Rp2,5 T), tetapi telah kembali menunda pembayaran sahamnya sebesar 201,8 miliar won (sekitar Rp2,6 T) untuk tahun ini.

Indonesia awalnya berencana untuk menerima satu prototipe jet tempur bersama dengan data teknis dan secara lokal memproduksi 48 pesawat.

Akan tetapi, penundaan pembayarannya yang berulang, menilik adanya kesulitan ekonomi, menambah kekhawatiran Korea Selatan kalau-kalau Indonesia ingin menarik diri dari proyek kerja sama ini.

Pengembangan pesawat tempur berjalan lancar, pihak Korea Selatan menetapkan akan menggelar prototipe pada paruh pertama 2021.

Pemerintah Korea Selatan mengatakan proyek ini akan dilanjutkan terlepas dari keterlambatan pembayaran Indonesia.

Pengamat pertahanan Korea mengatakan, bagaimanapun, masalah sebenarnya dengan kemungkinan penarikan Indonesia dari proyek ini adalah tentang membangun daya saing harga.

Mereka mengatakan pemerintah Korea akan dapat menurunkan harga jet KF-X jika dibeli oleh banyak negara dan Indonesia adalah pelanggan penting karena merupakan yang pertama di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk terlibat dalam proyek ini.

Kekhawatiran Korea Selatan bertambah karena Indonesia menunda pembayaran untuk kerja sama pembelian senjata antara kedua negara, yakni tiga kapal selam 1.400 ton dari Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Korea yang telah disepakati pada April 2019.

Baca Juga: Kebahagiaan Bagi PNS, Tunjangan Bakal Naik di 2021, Gaji 13 dan THR Cair Penuh

Indonesia belum membayar deposit sebesar 160 miliar won (sekira Rp2,1 T) untuk pembangunan kapal selam tersebut.

Pesawat tempur dan kapal selam yang disebut sebagai pesaing untuk Korea adalah pesawat tempur multirole Rafale milik produsen Prancis Dassault Aviation dan kapal selam kelas Scorpene milik kontraktor pertahanan Prancis Naval Group.

Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, yang menjabat Oktober lalu, belum mengunjungi Korea setelah menjabat, sambil menunda melanjutkan pembicaraan tentang proyek pengadaan senjata.

Akan tetapi, Prabowo telah mengunjungi negara-negara lain seperti Cina, Jepang, Rusia dan negara-negara Eropa termasuk Prancis.

Langkah pemerintah Indonesia ini membuat Korea Selatan rugi dan khawatir atas keberlangsungan proyek kerja sama jet tempur dan kapal selam yang telah disepakati oleh kedua negara.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Korea Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x