Album ini diproduseri oleh mendiang Thom Wilson, sosok yang memang tak asing lagi dalam skena punk rock di Amerika. Untuk sampul digarap oleh Fred Hidalgo, yang juga mendesain sampul album Recipe for Hate (Bad Religion).
Smash diproduksi dengan anggaran terbatas. “Kami menghabiskan $20.000 untuk merekamnya. Itu anggaran yang cukup ketat waktu itu” ucap Holland dalam sebuah sesi wawancara dengan Rolling Stone pada 2014.
Anggaran yang ketat tersebut, membuat mereka tidak memiliki banyak waktu. Sehingga beberapa lagu baru tercipta saat proses rekaman tersisa dua hari lagi. Seperti "It'll Be a Long Time" dan “Smash”.
Baca Juga: Wow! Jamur Ternyata Bisa Berbicara Satu Sama Lain Seperti Manusia
Tidak seperti dua album mereka sebelumnya, komposisi lagu dalam Smash sedikit berbeda. Kalau biasanya mereka bermain dengan tempo cepat, maka dalam Smash kita bisa mendengar lagu dengan tempo sedikit lambat. Bahkan mereka menciptakan satu lagu bernuansa ska berjudul "What Happened To You".
Smash merupakan album terakhir The Offspring bernaung di Epitaph. Setelahnya mereka bergabung di Columbia Records. Keputusan mereka tersebut sempat menimbulkan friksi antar dua belah pihak, namun hubungan tersebut kembali membaik seiring waktu.
Tak dimungkiri Smash merupakan salah satu album penting pada dekade 1990. Sama halnya seperti Dookie (1994) milik Green Day, kehadirannya dianggap sebagai pemicu punk rock revival.
Baca Juga: Pemberian 1 Ton Kurma dan 3 Ribu Alquran sebagai Bentuk Perhatian Arab Saudi terhadap Indonesia
Lebih jauh, Smash didapuk sebagai album independen terlaris sepanjang masa. Sejajar dengan album 40oz. to Freedom (1992) milik Sublime.***