Smash: Album Pendobrak The Offspring, Kini Menginjak 28 Tahun

8 April 2022, 10:42 WIB
Smash: Album Pendobrak The Offspring, Kini Menginjak 28 Tahun /

ZONABANTEN.com - Saat video klip "Come Out and Play" dan "Self Esteem" muncul di televisi lokal, kebanyakan orang mengira kalau The Offspring adalah band rock alternatif. Selain karena mereka muncul saat rock alternatif tengah menjulang, di mata komunitas penampilan mereka juga tidak merepresentasikan band punk.

Hal tersebut cukup dipahami, sebab komunitas dulu menilai band punk itu pakemnya seperti Rancid atau The Exploited. Berambut mohawk atau spikes, jaket kulit, Dr. Martens, peniti, dan berbagai atribut lainnya.
Padahal di negara asalnya The Offspring sudah cukup lama malang melintang di komunitas punk California.

Lagu "Come Out and Play" dan "Self Esteem" merupakan dua single utama dalam album Smash. Smash adalah album penuh ketiga mereka dan tepat pada hari ini menginjak 28 tahun.

Baca Juga: Seol In Ah dan Kim Min Kyu ‘A Business Proposal’ Akui Bahwa Mereka adalah Tipe Ideal Satu Sama Lain

Album tersebut dirilis oleh Epitaph Records. Sebuah label independen yang dijalankan oleh Brett Gurewitz, gitaris Bad Religion. Di Indonesia album ini didistribusikan oleh PT Indo Semar Sakti.

Bagi Greg K. (bas), Dexter Holland (vokal & gitar), Noodles (gitar), dan Ron Welty (drum), Smash adalah pintu gerbang kesuksesan mereka. Sementara bagi Brett Gurewitz, Smash adalah album dengan penjualan tertinggi di Epitaph hingga saat ini.

Betapa tidak Smash terjual dengan angka fantastis, hingga diganjar predikat multi platinum oleh RIAA (Recording Industry Association of America). Lagu-lagunya pun berhasil memuncaki tangga lagu rock di berbagai radio.

Smash merangkum 14 lagu, salah satunya lagu daur ulang berjudul "Killboy Powerhead", milik band punk rock asal Illinois, The Didjits. Proses rekamannya berlangsung di Track studio, Hollywood, pada Januari – Februari 1994.

Baca Juga: 7 Ide Jualan Takjil Selama Bulan Ramadan, Nomor 3 Favorit Semua Orang

Album ini diproduseri oleh mendiang Thom Wilson, sosok yang memang tak asing lagi dalam skena punk rock di Amerika. Untuk sampul digarap oleh Fred Hidalgo, yang juga mendesain sampul album Recipe for Hate (Bad Religion).

Smash diproduksi dengan anggaran terbatas. “Kami menghabiskan $20.000 untuk merekamnya. Itu anggaran yang cukup ketat waktu itu” ucap Holland dalam sebuah sesi wawancara dengan Rolling Stone pada 2014.

Anggaran yang ketat tersebut, membuat mereka tidak memiliki banyak waktu. Sehingga beberapa lagu baru tercipta saat proses rekaman tersisa dua hari lagi. Seperti "It'll Be a Long Time" dan “Smash”.

Baca Juga: Wow! Jamur Ternyata Bisa Berbicara Satu Sama Lain Seperti Manusia

Tidak seperti dua album mereka sebelumnya, komposisi lagu dalam Smash sedikit berbeda. Kalau biasanya mereka bermain dengan tempo cepat, maka dalam Smash kita bisa mendengar lagu dengan tempo sedikit lambat. Bahkan mereka menciptakan satu lagu bernuansa ska berjudul "What Happened To You".

Smash merupakan album terakhir The Offspring bernaung di Epitaph. Setelahnya mereka bergabung di Columbia Records. Keputusan mereka tersebut sempat menimbulkan friksi antar dua belah pihak, namun hubungan tersebut kembali membaik seiring waktu.

Tak dimungkiri Smash merupakan salah satu album penting pada dekade 1990. Sama halnya seperti Dookie (1994) milik Green Day, kehadirannya dianggap sebagai pemicu punk rock revival.

Baca Juga: Pemberian 1 Ton Kurma dan 3 Ribu Alquran sebagai Bentuk Perhatian Arab Saudi terhadap Indonesia

Lebih jauh, Smash didapuk sebagai album independen terlaris sepanjang masa. Sejajar dengan album 40oz. to Freedom (1992) milik Sublime.***

Editor: Bunga Angeli

Tags

Terkini

Terpopuler