Perajin Tempe Minta Pemerintah Andil Turunkan Harga Kedelai, Pengamat: Solusinya Beri Subsidi

23 Februari 2022, 08:50 WIB
Ilustrasi kedelai. Perajin Tempe Minta Pemerintah Andil Turunkan Harga Kedelai, Pengamat: Solusinya Beri Subsidi /pixabay/1737576


ZONABANTEN.com- Salah seorang perajin tempe di Tangerang Selatan (Tangsel) Casiah meminta agar Pemerintah turut andil dalam menurunkan harga kedelai. Menurut Casiah, kenaikan harga kedelai di 2022 ini lebih parah dibanding dengan sebelumnya.

"Sebetulnya bukan langka, tapi harganya tinggi. Jadi orang tua saya memang produksi, harganya itu sudah Rp1,3 juta per kuintalnya. Biasanya cuma Rp700 ribu. Jadi yang kami minta itu tolong (ke Pemerintah) bantu turunkan harganya. Karena pelanggan ngga mau kalau dinaikan harga tempenya," kata Casiah kepada wartawan, ditulis Rabu 23 Februari 2022.

Dihubungi terpisah, Anggota Komisi VI DPR-RI dari Fraksi Gerindra Hendrik Lewerissa menyebut bahwa, jika kedelai di wilayah Jabodetabek tak langka, maka dapat diduga, katanya lagi, adanya oknum-oknum yang memanfaatkan kondisi tersebut guna mengambil keuntungan semata.

"Memang ini yang menjadi masalah, dan juga menjadi konsentrasi untuk kami di DPR khususnya di Komisi Enam, soal kelangkaan komoditas tertentu yang memang diduga semata-mata bukan pasokan dari luar itu berkurang, tetapi juga ada dugaan bahwa ada secara sengaja komoditas-komoditas itu ditimbun," ujar Hendrik Lewerissa melalui sambungan telepon.

Baca Juga: Polemik Sekda Banten, Begini Penjelasan Wahidin Halim

Sehingga menimbulkan kontraksi pasar, dimana permintaannya meningkat sementara suplaynya sangat terbatas sekali, otomatis harga menjadi naik kan.
Nah harga tinggi ini sangat menguntungkan bagi para pedagang atau importir tersebut, tetapi lagi-lagi ini adalah dugaan, kita menduga," tambahnya.

Oleh karena itu Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan, bisa juga Badan Intelijen Negara (BIN), pokoknya semua element negara yang punya kewenangan untuk melakukan, katakanlah audit investigasi secara mendalam," sambungnya lagi.

Menanggapi hal itu, Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah menyatakan bahwa, solusi tercepat bagi masyarakat terhadap kebutuhan kedelai adalah memberikan subsidi kepada komoditas import tersebut.

Pasalnya, ungkap Trubus, kedelai merupakan tanaman sub tropis yang disinyalir sulit tumbuh baik di Indonesia. Meski begitu, tegasnya lagi, Indonesia dapat memakai teknologi dalam menanam komoditas kedelai.

Baca Juga: Hari Peduli Sampah Nasional, DLH dan PSI Tangsel Kompak Dorong Maksimalkan Bank Sampah

"Jadi gini harganya naik itu, namanya kedelai itu kan tanaman sub tropis, sebenernya bisa diberdayakan dengan teknologi. Harusnya kita kalau masalah pangan, Padi, Jagung dan Kedelai atau Pajale itu bisa melalui Upaya Khusus (Upsus), tapi sejak 2018 import naik terus, dan itu dipergunakan dan dimanfaatkan oleh importir-importir itu," ungkap Trubus.

Harga itu dimainkan oleh mereka. Bayangkan saja setahun bisa naik tiga kali. Pemerintah itu kan punya Badan Pangan, tetap import tapi bisa dikasih subsidi. Kalau untuk penanganan pangan bisa dilakukan," tandas Trubus.

Sementara itu, Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie belum memberikan keterangan terhadap upaya Pemerintah Kota (Pemkot) dalam mengendalikan pasokan dan harga pada komoditas kedelai tersebut.

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler